KONFERENSI ASIA AFRIKA
3.1 Latar
Belakang
Berakhirnya Perang Dunia II pada
bulan Agustus 1945, tidak berarti berakhir pula situasi permusuhan di antara
bangsa-bangsa di dunia dan tercipta perdamaian dan keamanan. Ternyata di
beberapa pelosok dunia, terutama di belahan bumi Asia Afrika, masih ada masalah
dan muncul masalah baru yang mengakibatkan permusuhan yang terus berlangsung,
bahkan pada tingkat perang terbuka, seperti di Jazirah Korea, Indo Cina,
Palestina, Afrika Selatan, Afrika Utara.
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang dingin".
Masalah-masalah tersebut sebagian disebabkan oleh lahirnya dua blok kekuatan yang bertentangan secara ideologi maupun kepentingan, yaitu Blok Barat dan Blok Timur. Blok Barat dipimpin oleh Amerika Serikat dan Blok Timur dipimpin oleh Uni Sovyet. Tiap-tiap blok berusaha menarik negara-negara di Asia dan Afrika agar menjadi pendukung mereka. Hal ini mengakibatkan tetap hidupnya dan bahkan tumbuhnya suasana permusuhan yang terselubung di antara kedua blok itu dan pendukungnya. Suasana permusuhan tersebut dikenal dengan sebutan "perang dingin".
Timbulnya pergolakan dunia
disebabkan pula oleh masih adanya penjajahan di bumi kita ini, terutama di
belahan Asia dan Afrika. Memang sebelum tahun 1945, pada umumnya benua Asia dan
Afrika merupakan daerah jajahan bangsa Barat dalam aneka bentuk. Tetapi sej ak
tahun 1945, banyak daerah di Asia Afrika menjadi negara merdeka dan banyak pula
yang masih berjuang bagi kemerdekaan negara dan bangsa mereka seperti Aljazair,
Tunisia, dan Maroko di wilayah Afrika Utara; Vietnam di Indo Cina; dan di ujung
selatan Afrika. Beberapa negara Asia Afrika yeng telah merdeka pun masih banyak
yang menghadapi masalah-masalah sisa penjajahan seperti Indonesia tentang Irian
Barat, India dan Pakistan tentang Kashmir, negara-negara Arab tentang
Palestina. Sebagian bangsa Arab-Palestina terpaksa mengungsi, karena tanah air
mereka diduduki secara paksa oleh pasukan Israel yang dibantu oleh Amerika
Serikat.
Sementara itu bangsa-bangsa di dunia,
terutama bangsa-bangsa Asia Afrika, sedang dilanda kekhawatiran akibat makin
dikembangkannya pembuatan senjata nuklir yang bisa memusnahkan umat manusia.
Situasi dalam negeri dibeberapa negara Asia Afrika yang telah merdeka pun masih
terjadi konflik antar kelompok masyarakat sebagai akibat masa penjajahan
(politik devide et impera) dan perang dingin antar blok dunia tersebut.
Walaupun pada masa itu telah ada
badan internasional yaitu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berfungsi
menangani masalah¬masalah dunia, namun nyatanya badan ini belum berhasil
menyelesaikan persoalan tersebut. Sedangkan kenyataannya, akibat yang
ditimbulkan oleh masalah-masalah ini, sebagaian besar diderita oleh
bangsa-bangsa di Asia Afrika. Keadaan itulah yang melatarbelakangi lahirnya gagasan
untuk mengadakan Konferensi Asia Afrika.
3.2
Lahirnya Ide Konferensi
Keterangan Pemerintah Indonesia
tentang politik luar negeri yang disampaikan oleh Perdana Menteri Mr. Ali
Sastroamidjojo, di depan parlemen pada tanggal 25 Agustus 1953, menyatakan
"Kerja sama dalam golongan negara-negara Asia Arab (Afrika) kami pandang
penting benar, karena kami yakin, bahwa kerja sama erat antara negara-negara
tersebut tentulah akan memperkuat usaha ke arah tercapainya perdamaian dunia
yang kekal. Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut adalah sesuai
benar dengan aturan-aturan dalam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) yang
menyenangi kerja sama kedaerahan (regional arrangements). Lain dari itu
negara¬negara itu pada umumnya memang mempunyai pendirian-pendirian yang sama
dalam beberapa soal di lapangan internasional, jadi mempunyai dasar sama
(commonground) untuk mengadakan golongan yang khusus. Dari sebab itu kerja sama
tersebut akan kami lanjutkan dan pererat". Bunyi pernyataan tersebut
mencerminkan ide dan kehendak Pemerintah Indonesia untuk mempererat kerja
sama di antara negara¬negara Asia Afrika.
Pada awal tahun 1954, Perdana
Menteri Ceylon (Srilanka) Sir John Kotelawala mengundang para Perdana Menteri
dari Birma (U Nu), India (Jawaharlal Nehru), Indonesia (Ali Sastroamidjojo),
dan Pakistan (Mohammed Ali) dengan maksud mengadakan suatu pertemuan infor¬mal
di negaranya. Undangan tersebut diterima baik oleh semua pimpinan pemerintah
negara yang diundang. Pertemuan yang kemudian disebut Konferensi Kolombo itu
dilaksanakan pada tanggal 28 April sampai dengan 2 Mei 1954. Konferensi ini
membicarakan masalah-masalah yang menjadi kepentingan bersama.
Yang menarik perhatian para peserta konferensi, diantaranya
pertanyaan yang diajukan oleh Perdana Menteri Indonesia
"Where
do we stand now, we the peoples ofAsia, in this world of ours to day?"
("Dimana sekarang kita berdiri, bangsa Asia
sedang berada di tengah-tengah persaingan dunia?"),
kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan menyatakan
kemudian pertanyaan itu dijawab sendiri dengan menyatakan
"We have now indeed arrived at the cross-roads of the
history of mankind. It is therefore that we Prime Ministers of five Asian
countries are meeting here to discuss those crucial problems of the peoples we
represent. There are the very problems which urge Indonesia to propose that another
conference be convened wider in scope, between the African andAsian nations.
Iam convinced that the problems are not only convened to the Asian countries
represented here but also are of equal importance to the African and other Asian
countries".
("Kita sekarang berada dipersimpangan jalan sejarah umat
manusia. Oleh karena itu kita lima Perdana Menteri negara-negara Asia bertemu di sini untuk membicarakan masalah-masalah
yang krusial yang sedang dihadapi oleh masyarakat yang kita wakili. Ada beberapa hal yang mendorong Indonesia
mengajukan usulan untuk mengadakan pertemuan lain yang lebih luas, antara
negara-negara Afrika dan Asia. Saya percaya
bahwa masalah-masalah itu tidak hanya terjadi di negara-negara Asia yang
terwakili di sini, tetapi juga sama pentingnya bagi negara-negara di Afrika dan
Asia lainnya").
Pernyataan
tersebut memberi arah kepada lahirnya Konferensi Asia Afrika.
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.
Selanjutnya, soal perlunya Konferensi Asia Afrika diadakan, diajukan pula oleh Indonesia dalam sidang berikutnya. Usul itu akhirnya diterima oleh semua peserta konferensi, walaupun masih dalam suasana keraguan.
Perdana Menteri Indonesia pergi ke
Kolombo untuk memenuhi urndangan Perdana Menterl Srilanka dengan membawa
bahan-bahan hasil perumusan Pemerintah Indonesia. Bahan-bahan tersebut
merupakan hasil rapat dinas Kepala-kepala Perwakilan Indonesia
di negara-negara Asia dan Afrika yang dipimpin
oleh Menteri Luar Negeri Mr. Sunario. Rapat dinas tersebut diadakan di Tugu (Bogor) pada tanggal 9
sampai dengan 22 Maret 1954.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
Akhirnya, dalam pernyataan bersama pada akhir Konferensi Kolombo, dinyatakan bahwa para Perdana Menteri peserta konferensi membicarakan kehendak untuk mengadakan konferensi negara-negara Asia Afrika dan menyetujui usul agar Perdana Menteri Indonesia dapat menjejaki sampai dimana kemungkinannya mengadakan konferensi semacam itu.
3.3
Usaha-Usaha Persiapan Konferensi
Di atas telah diungkapkan bahwa
Konferensi Kolombo menugaskan Indonesia agar menjejaki kemungkinan untuk diadakannya
Konferensi Asia Afrika. Dalam rangka menunaikan tugas itu Pemerintah Indonesia
melakukan pendekatan melalui saluran diplomatik kepada 18 negara Asia Afrika.
Maksudnya, untuk mengetahui sejauh mana pendapat negara-negara tersebut
terhadap ide mengadakan Konferensi Asia Afrika. Dalam pendekatan tersebut
dijelaskan bahwa tujuan utama konferensi itu ialah untuk membicarakan
kepentingan bersama bangsa-bangsa Asia Afrika pada saat itu, mendorong
terciptanya perdamaian dunia, dan mempromosikan Indonesia sebagai tempat
konferensi. Ternyata pada umumnya negara-negara yang dihubungi menyambut baik
ide tersebut dan menyetujui Indonesia
sebagai tuan rumahnya, walaupun dalam hal waktu dan peserta konferensi terdapat
berbagai pendapat yang berbeda.
Pada tanggal 18 Agustus 1954,
Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India, melalui suratnya, mengingatkan
Perdana Menteri Indonesia tentang perkembangan situasi dunia dewasa itu yang
semakin gawat, sehubungan dengan adanya usul untuk mengadakan Konferensi Asia
Afrika. Memang Perdana Menteri India
dalam menerima usul itu masih disertai keraguan akan berhasil-tidaknya usul
tersebut dilaksanakan. Barulah setelah kunjungan Perdana Menteri Indonesia pada
tanggal 25 September 1954, beliau yakin benar akan pentingnya diadakan
konferensi semacam itu, seperti tercermin dalam pernyataan bersama pada akhir
kunjungan Perdana Menteri Indonesia
"The
prime Ministers discussed also the proposal to have a conference of
representatives of Asian and African countries and were agreed that a
conference of this kind was desirable and world be helpful in promoting the
cause of peace and a common approach to these problems. It should be held at an
early date".
("Para Perdana Menteri telah membicarakan usulan untuk
mengadakan sebuah konferensi yang mewakili negara-negara Asia dan Afrika serta
menyetujui konferensi seperti ini sangat diperlukan dan akan membantu
terciptanya perdamaian sekaligus pendekatan bersama ke arah masalah (yang
dihadapi). Hendaknya konferensi ini diadakan selekas mungkin").
Keyakinan serupa dinyatakan pula oleh Perdana Menteri Birma U
Nu pada tanggal 28 September 1954.
Dengan demikian, maka usaha-usaha penyelidikan atas
kemungkinan diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika dianggap selesai dan
berhasil serta usaha selanjutnya ialah mempersiapkan pelaksanaan konferensi
itu.
Atas undangan Perdana Menteri Indonesia, para Perdana Menteri
peserta Konferensi Kolombo (Birma, Srilanka, India, Indonesia, dan Pakistan)
mengadakan konferensi di Bogor pada tanggal 28 dan 29 Desember 1954, yang
dikenal dengan sebutan Konferensi Panca Negara. Konferensi ini membicarakan
persiapan pelaksanaan Konferensi Asia Afrika.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
Konferensi Bogor berhasil merumuskan kesepakatan bahwa Konferensi Asia Afrika diadakan atas penyelenggaraan bersama dan kelima negara peserta konferensi tersebut menjadi negara sponsornya.Undangan kepada negara-negara peserta disampaikan oleh Pemerintah Indonesia atas nama lima negara.
3.4 Tujuan Konferensi
Konferensi Bogor menghasilkan 4 (empat) tujuan pokok
Konferensi Asia Afrika, yaitu
1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik;
1. Untuk memajukan goodwill (kehendak yang luhur) dan kerja sama antara bangsa-bangsa Asia dan Afrika, untuk menjelajah serta memaj ukan kepentingan-kepentingan mereka, baik yang silih ganti maupun yang bersama, serta untuk menciptakan dan memajukan persahabatan serta perhubungan sebagai tetangga baik;
2. Untuk mempertimbangkan soal-soal serta hubungan-hubungan di lapangan sosial, ekonomi, dan kebudayaan negara yang diwakili;
3. Untuk mempertimbangkan soal-soal yang berupa kepentingan khusus bangsa-bangsa Asia dan Afrika, misalnya soal-soal yang mengenai kedaulatan nasional dan tentang masalah-masalah rasialisme dan kolonialisme;
4. Untuk meninjau kedudukan Asia dan Afrika, serta rakyat¬rakyatnya di dalam dunia dewasa ini serta sumbangan yang dapat mereka berikan guna memajukan perdamaian serta kerja sama di dunia.
3.5 Peserta dan Waktu Konferensi
Negara-negara yang diundang disetujui berjumlah 25 negara, yaitu : Afganistan,
Kamboja, Federasi Afrika Tengah, Republik Rakyat Tiongkok (China), Mesir,
Ethiopia, Pantai Emas (Gold Coast), Iran, Irak, Jepang, Yordania, Laos,
Lebanon, Liberia, Libya, Nepal, Filipina, Saudi Arabia, Sudan, Syria, Thailand
(Muang Thai), Turki, Republik Demokrasi Viet-nam (Viet-nam Utara), Viet-nam
Selatan, dan Yaman. Waktu konferensi ditetapkan pada minggu terakhir April
1955.
Mengingat negara-negara yang akan di undang mempunyai politik luar negeri serta sistem politik dan sosial yang berbeda-beda, Konferensi Bogor menentukan bahwa menerima undangan untuk turut dalam Konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya mengenai status dari negara-negara lain. Konferensi menjunjung tinggi pula azas bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali¬sekali tidak akan dapat dicampuri oleh negara lain. Maksud utama konferensi ialah supaya negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-masing.
3.6 Struktur Organisasi Panitia Pelaksana
Mengingat negara-negara yang akan di undang mempunyai politik luar negeri serta sistem politik dan sosial yang berbeda-beda, Konferensi Bogor menentukan bahwa menerima undangan untuk turut dalam Konferensi Asia Afrika tidak berarti bahwa negara peserta tersebut akan berubah atau dianggap berubah pendiriannya mengenai status dari negara-negara lain. Konferensi menjunjung tinggi pula azas bahwa bentuk pemerintahan atau cara hidup sesuatu negara sekali¬sekali tidak akan dapat dicampuri oleh negara lain. Maksud utama konferensi ialah supaya negara-negara peserta menjadi lebih saling mengetahui pendirian mereka masing-masing.
3.6 Struktur Organisasi Panitia Pelaksana
Dalam persiapan pelaksanaan
Konferensi Asia Afrika, Indonesia membentuk sekretariat konferensi yang
diwakili oleh negara-negara penyelenggara.
Guna mewujudkan
keputusan-keputusan Konferensi Bogor, segera dibentuk Sekretariat Bersama
(Joint Secretariat) oleh lima negara penyelenggara. Indonesia diwakili oleh
Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri Roeslan Abdul Gani yang juga
menjadi ketua badan itu, dan 4 (empat) negara lainnya diwakili oleh
Kepala¬kepala Perwakilan mereka masing-masing di Jakarta, yaitu U Mya Sein dari
Birma, M. Saravanamuttu dari Srilanka, B.F.H.B. Tyobji dari India, dan Choudhri
Khaliquzzaman dari Pakistan. Di dalam Sekretariat Bersama itu terdapat 10
(sepuluh) orang staf yang melaksanakan pekerjaan sehari-hari, terdiri atas 2 (dua)
orang dari Birma, seorang dari Srilanka, 2 (dua) orang dari India, 4 (empat)
orang dari Indonesia, dan seorang dari Pakistan. Selain itu terdapat pula 4
(empat) komite terdiri atas Komite Politik, Komite Ekonomi, Komite Sosial,
Komite Kebudayaan. Selain itu, ada pula panitia yang menangani bidang¬bidang :
keuangan, perlengkapan, dan pers.
Pemerintah Indonesia sendiri pada
tanggal 11 Januari 1955 membentuk Panitia Interdepartemental
(Interdepartemental Committee) yang diketuai oleh Sekretaris Jenderal
SekretariatBersama dengan anggota-anggota dan penasehatnya berasal dari
berbagai departemen guna membantu persiapan-persiapan konferensi itu. Di
Bandung, tempat diadakannya konferensi, dibentuk Panitia Setempat (Local
Committee) pada tanggal 3 Januari 1955 dengan ketuanya Sanusi Hardjadinata,
Gubernur Jawa Barat. Panitia Setempat bertugas mempersiapkan dan melayani
soal-soal yang bertalian dengan akomodasi, logistik, transport, kesehatan,
komunikasi, keamanan, hiburan, protokol, penerangan, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar